Tuesday, 13 January 2015

Analisis Perkembangan Makro ekonomi di Indonesia


Kunjungi website lain yang lebih lengkap seperti setneg.go.id bps.go.id www.academia.edu market.bisnis.com financedetik.com lepi2.blogspot.com starbuckerseconomists.blogspot.com :)


  • Pertumbuhan Ekonomi

Tahun
Pertumbuhan ekonomi (persen)
2005
5,8
2006
5,51
2007
6,31
2008
6,03
2009
4,57
2010
6,1
2011
6,5
2012
6,3
2013
5,78


         Pertumbuhan ekonomi Indonesia terendah selama 10 periode terakhir terjadi pada tahun 2009 yaitu mencapai 4,57 persen yang menurun 1,46 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena kenaikan harga BBM pada tahun 2008 yang diikuti kenaikan harga secara keseluruhan yang berdampak di tahun 2009. Namun, faktor utama penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 yaitu dampak krisis ekonomi global pada tahun 2008, sebagai negara berkembang, krisis ekonomi global tentunya akan berimbas pada Indonesia. Krisis ekonomi global ditandai dengan negara adidaya Amerika Serikat mengalami resesi yang serius, sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya mengurangi daya beli masyarakat Amerika. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena Amerika Serikat merupakan pangsa pasar yang besar bagi negara-negara lain termasuk Indonesia. Penurunan daya beli masyarakat di Amerika menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia. Dengan demikian ekspor Indonesia pun menurun. Inilah yang menyebabkan terjadinya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Krisis global ini juga berpengaruh terhadap peredaran uang di masyarakat meningkat yang dapat menyebabkan produktivitas sektor-sektor industri mengalami penurunan. Selain itu, tingkat ketidakpastian cukup tinggi, sehingga proses ekspor mengalami kendala, hal ini menyebabkan beberapa penanaman modal asing ditarik dari Indonesia. Faktor-faktor tersebut tentunya akan mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
            Rendahnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005-2006 disebabkan karena pertumbuhan disektor industri khususnya pertambangan mengalami penurunan karena inflasi yang melonjak secara signifikan yang mencapai angka 17,11 yang menyebabkan pertumbuhan PDB menurun. Namun pada tahun 2007 Indonesia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ini meningkat dikarenakan kestabilan makro ekonomi yang cukup terjaga. Kestabilan makro ekonomi tersebut ditunjukkan dengan inflasi yang lebih rendah dibandingkan tahun 2006, posisi cadangan devisa yang meningkat dibandingkan tahun 2006, dan nilai tukar rupiah yang relatif tidak terlalu meningkat. Hal ini berdampak positif pada pasar modal Indonesia, dimana investor yang ingin menanamkan modal dan obligasi republic Indonesia (ORI).
            Pertumbuhan ekonomi tetinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 6,5 persen. Hal ini terjadi karena keberhasilan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 yang meningkat 1,53 persen dari tahun sebelumnya. Fakor penyebabnya seperti terjadi peningkatan pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 13,5 persen dan terendah di Sektor Pertanian 2,9 persen. Sementara pertumbuhan PDB tanpa migas tahun 2010 mencapai 6,6 persen. Selain itu disebabkan oleh tingkat suku bunga yang perlahan menurun. Tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank sentral melalui bank-bank dengan menurunkan tingkat suku bunga deposit, mendorong masyarakat untuk tidak keseringan menabung, sehingga penawaran tehadap sektor-sektor industri mengalami peningkatan dan menyebabkan kenaikan PDB. Selain itu, inflasi cenderung stabil. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat. Melanjutkan kebijakan, pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi meningkat 0,4 persen dari tahun 2010.

  • Inflasi
          Inflasi tahun 2005 dengan nilai sebesar 17,11% adalah inflasi tertinggi pada periode 10 tahun terakhir ini, hal ini terjadi karena tekanan akan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM). Tingginya harga minyak di pasar internasional menyebakan Pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM. Hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi makro ekonomi Indonesia, dimana konsumsi BBM mencapai 47.4 % dari total konsumsi energi Indonesia. Kebijakan pemerintah menaikkan  harga  BBM  bersubsidi  penyumbang  signifikan  kepada
tingginya  angka  inflasi.
Pada 2008 tingkat inflasi tertinggi kedua pada periode 10 tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena terjadi krisis ekonomi global yang tentunya juga berdampak bagi Indonesia yang memiliki suku bunga hutang. Krisis ekonomi global ditunjukkan seperti kenaikan harga komoditi dunia terutama minyak dan pangan. Hal tersebut juga berdampak pada Indonesia yang mana kebijakan pemerintah juga menaikkan harga barang untuk mengurangi dampak krisis ekonomi global.

Inflasi terendah terjadi pada 2009 yaitu mencapai 2,78% yang menurun 8,28% dari tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah penurunan permintaan akibat kemerosotan ekonomi global dan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri (devaluasi) dolar Amerika. Penurunan permintaan secara global juga dirasakan Indonesia yang akhirnya pemerintah mengambil kebijakan untuk menekan laju inflasi.
Peningkatan inflasi tertinggi pada tahun 2010 yaitu meningkat 4,18 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tekanan bahan pangan yang antara lain disebabkan adanya kendala pencapaian target produksi pangan akibat anomali cuaca. Kondisi cuaca yang tidak normal mengakibatkan menurunnya pasokan beberapa jenis pertanian seperti cabe merah dan cabe rawit sehingga menyebabkan penurunan terhadap hasil pertanian untuk mencegah kelangkaan,  pemerintah menaikkan harga tersebut. Selain itu, kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia pada akhir tahun 2010 mendorong kenaikan harga minyak goreng di Indonesia.
Pada 2011 inflasi turun cukup signifikan hal ini disebabkan karena beberapa harga bahan makanan mengalami penurunan. harga cabai rawit dan beras mengalami penurunan serta menyumbang deflasi karena memiliki banyak pasokan dan masa panen di beberapa daerah masih terjadi. Bahan makanan lain yang menyumbangkan deflasi adalah ikan segar, sedangkan harga emas perhiasan yang mengalami penurunan juga menyebabkan laju inflasi turun. Selain itu juga karena cuaca cukup mendukung untuk melaut sehingga harga ikan segar turun, sementara harga emas masih dipengaruhi harga di pasar internasional yang turun.
Inflasi naik kembali sebesar 4,08% pada 2013 dan menjadi urutan ketiga inflasi terbesar dalam kurun 10 periode. Penyebabnya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. BBM memberi andil atas inflasi sebesar 1,17%. Kenaikan harga BBM juga membuat harga beberapa komoditas lainnya juga naik. Seperti tarif angkutan dalam kota memberikan pengaruh inflasi 1,75%. Selain itu juga harga cabai merah memberikan andil inflasi 1,31% karena pengaruh cuaca.

  • Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah terendah/menguat selama 10 periode terakhir terjadi pada 2010 yang mencapai angka Rp 8991,00 per dolar Amerika. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang tetap positif di kawasan Asia, terutama dimotori  oleh Cina dan India, serta meningkatnya pertumbuhan ekspor dan investasi Indonesia selama  tahun  2010, mendukung  peningkatan fundamental ekonomi domestik dan menguatkan nilai tukar rupiah. Selain itu AS menutup defisitnya dengan cara mengurangi konsumsi mereka. Konsumsi yang menurun ini akan membuat impor AS berkurang dan efeknya akan menyebabkan melemahnya dolar mereka.
Nilai tukar rupiah tertinggi/melemah terjadi pada 2008 yang menunjuk angka Rp 10.950,00 hal ini disebabkan terus mengalirnya valuta asing ke Indonesia akibat adanya asumsi positif tentang Indonesia. Selain itu, kebijakan defisit APBN yang dilakukan oleh Presiden Barrack Obama yang meneruskan kebijakan Presiden Bush menyebabkan defisit tersebut ditutup dengan pencetakan uang baru yang menyebabkan tingkat inflasi di AS meningkat. Bertambahnya jumlah dolar AS - sementara banyak mata uang negara-negara lain yang jumlahnya konstan telah menyebabkan penurunan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah.

Nilai tukar rupiah tertinggi ke dua terjadi pada tahun 2013 yang mencapai angka Rp 10074,00. Hal ini disebabkan ekspor meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini terjadi karena negara eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negaranya agar bisa ia pakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Pada pertengahan 2013 impor Indonesia lebih kecil daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah karena meningkatkan penawaran atas mata uang Indonesia.
Pada 2009 nilai tukar rupiah menguat menurun sebesar 1.550 rupiah dari tahun sebelumnya. Ini merupakan penurunan paling tajam dari tahun sebelumnya. Ini terjadi ketika BI terus menurunkan BI rate hingga mencapai 6,5 persen hingga mencapai 9400 rupiah. Selain itu juga disebabkan karena ekspektasi pada prospek ekonomi yang lebih baik di Indonesia, perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa memiliki keuntungan yang lebih besar, sehingga nilainya di mata investor akan naik. Akibatnya, aliran investasi asing ke pasar modal akan meningkat, yang pada akhirnya membuat mata uang negara  menguat.
            Pada 2006 dan 2011 nilai tukar rupiah menguat, dan terendah kedua setelah tahun 2010. Pada 2011 pemulihan perekonomian AS dipandang masih kurang memuaskan, sebagaimana terindikasi dari lambatnya penurunan penganggguran dari 9,8 persen menjadi 8,8 persen (April 2011). Hal ini membuat the Fed yaitu Bank Sentral AS mematok dan menahan suku bunga rendah pada level 0,25 persen. Selain itu, the Fed juga masih menerapkan kebijakan stimulus dalam skema quantitative easing senilai 600 miliar dollar AS. Dua kebijakan itu membuat suplai mata uang AS di pasar Indonesia bertambah banyak dan nilainya terhadap rupiah mengalami penurunan. Selain itu, proses pemulihan perekonomian AS membuat permintaan di negara itu terhadap produk-produk yang dihasilkan negara lain mengalami peningkatan cukup signifikan termasuk peningkatan permintaan barang Indonesia. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan mata uang rupiah menguat

No comments:

Post a Comment