Tuesday, 23 June 2015

Makalah Perencanaan Agregat

Disusun oleh :
1.    Aini Musfiroh                  
2.    Ervita F.D.A       
3.    Indah Puspita          
4.    Nurulita Irmaya       
5.    Winda Wijayanti          




Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang Semarang
Telp. (024) 76486851, 76486853 Fax. (024) 76486852



ABSTRAK

Perencanaan agregat menyediakan perangkat yang dibutuhkan perusahaan untuk meraih pangsa pasar dalam perekonomian global. Rencana agregat memberikan kemampuan untuk merespons perubahan dalam permintaan pelanggan, selagi tetap memproduksi produk secara murah dan berkualitas tinggi baik pada industry manufaktur atau jasa.
Perusahaan manufaktur seharusnya mengerti akan pentingnya perencanaan agregat karena perencanaan agregat memberikan arahan mengenai potensi kapan perusahaan memproduksi lebih dan kapan perusahaan memproduksi rendah, agar tidak ada persediaan yang berlebih apalagi barang yang diproduksi tidak tahan lama. Persediaan  produk yang tidak tahan lama dalam jumlah banyak akan menyebabkan kerugian karena jika disimpan terlalu lama tidak akan laku lagi. Manajer harus mengantisipasi kerugian yang perencanaan agregat meleset.
            Rencana agregat merupakan tanggung jawab penting dari seorang manajer operasi dan kunci dari produksi yang efisien. Output dari penjadwalan agregat menghasilkan jadwal produksi induk yang lebih terperinci dan menjadi dasar untuk melakukan disagregasi, penjadwalan, pekerjaan dan sebagainya.
            Rencana agregat bagi perusahaan manufaktur dan jasa memiliki kesamaan. Restoran, perusahaan penerbangan, dan hotel adalah system jasa yang menggunakan rencana agregat, dan berkesempatan menerapkan manejemen imbal hasil. Namun terlepas dari industri atau metode perencanaannya, permasalah terpenting adalah penerapan perencanaannya.
read more

KATA PENGANTAR
           
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen Operasional mengenai perencanaan agregat. Kami yakin bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penyusun, namun penyusun berharap hal ini tidak mengurangi fungsi dari makalah ini.
            Penyusun menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penyusun akan kesulitan dalam menyelesaikan makalah ini, oleh karena itu dengan kerendahan dan ketulusan hati penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Budi dan Bapak Kamal selaku dosen mata kuliah Manajemen Operasional Universitas Diponegoro yang telah membimbing.
            Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini, tentunya masih banyak terdapat kekurangan ataupun kesalahan sehingga diharapkan para pembaca dapat memakluminya, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
            Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.



                                                                                    Semarang,       Mei 2015
                                   
                       
                                                                                                Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG
Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan – peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud untuk memperkirakan permintaan akan barang – barang atau jasa perusahaan. Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat selalu menyesuaikan tingkat produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh karena itu, perusahaan mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan bagaimana mereka akan memberi tanggapan terhadap pasar.
Perencanaan agregat (aggregate planning) atau penjadwalan agregat (aggregate scheduling) berhubungan dengan penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah biasanya antara 3-18 bulan ke depan. Digunakannya istilah “agregat” adalah karena ramalan – ramalan permintaan akan berbagai barang atau jasa individual digabungkan menjadi unit – unit yang homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strtegi perusahaan dalam pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah karyawan dan lain – lain.
Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat ini berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang berlebih, agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan. Hubungannya dengan manajemen persediaan adalah ketika kapasitas produksi ada satu waktu diperlukan barang persediaan yang relative banyak maka kapasitas produksi sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.




1.2       RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian perencanaan agregat?
2.      Apa sifat perencanaan agregat?
3.      Apa saja proses perencanaan agregat?
4.      Apa saja strategi prencanaan agrgat?
5.      Apa saja metode perencanaan agregat?
6.      Bagaimana dengan perencanaan agregat di bidang jasa?
7.      Apa pengertian manajemen imbal hasil?

1.3       TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Mengetahui pengertian perencanaan agregat.
2.      Mengetahui sifat perencanaan agregat.
3.      Mengetahui apa saja proses perencanaan agregat dan penjelasannya.
4.      Mengetahui strategi-strategi proses perencanaan agregat.
5.      Mengetahui apa saja metode perencanaan agregat dan penggunaannya.
6.      Mengetahui hal penting mengenai perencanaan agregat di bidang jasa.

7.      Mengetahui seputar manajemen imbal hasil.

METODE PERENCANAAN AGREGAT
Beberapa perusahaan menggunakan rencana yang sama dari tahun ke tahun, melakukan penyesuaian naik atau turun seperlunya untuk menyesuaikan permintaan tahunan yang baru. Metode ini tentunya tidak memberikan fleksibilitas, maksudnya jika rencana semula kurang optimal maka keseluruhan proses produksi pun akan menghasilkan kinerja yang kurang optimal. Teknik yang digunakan oleh para manajer operasi untuk membangun rencana agregat yang lebih sesuai yaitu dengan metode diagram (grafik) dan pendekatan matematis, termasuk metode transportasi pemrograman linier.
Metode Grafik atau teknik-teknik grafik (graphical techniques) merupakan teknik perencanaan agregat yang bekerja dengan beberapa variabel pada suatu waktu yang memungkinkan perencana membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada. Pendekatan ini merupakan pendekatan uji coba yang tidak menjamin sebuah rencana produksi yang optimal, tetapi hanya membutuhkan perhitungan yang terbatas. Berikut lima tahapan dalam metode grafik. (Buku 2 Manajemen Operasi hal 157).
1.      Menentukan permintaan pada setiap periode
2.      Menentukan kapasitas untuk waktu regular, lembur, subkontrak (biaya yang diperlukan untuk memesan pada perusahaan lain yang dapat memproduksi barang hasil perusahaan. Perusahaan perlu memesan kepada perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan dan permintaaan pelanggan.) pada setiap periode.
3.      Menemukan biaya tenaga kerja, biaya merekrut dan memberhentikan, serta biaya penyimpanan persediaan.
4.      Mempertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada pekerja atau tingkat persediaan.
5.      Membuat rencana alternatif dan menelaah totalnya.
Berikut contoh metode grafik. Membuat usulan rencana-rencana, lalu membandingkan biaya dari setiap rencana dan memilih pendekatan dengan biaya total yang paling rendah.
1.      Sebuah manufaktur bahan untuk atap di Meksiko, telah membuat prediksi bulanan. Data untuk periode 6 bulan ditunjukkan pada tabel berikut yang tetap dipakai juga untuk nomor-nomor selanjutnya. Gambarkan grafik permintaan harian dan permintaan rata-rata untuk mengilustrasikan masalah perencanaan agregat.

Bulan
Permintaan yang diperkirakan
Jumlah hari produksi
Permintaan per hari (sesungguhnya)
Jan
900
22
41
Feb
700
18
39
Mar
800
21
38
Apr
1200
21
57
Mei
1500
22
68
Jun
1100
20
55
Total
6.200
124


Solusi:
Kebutuhan rata-rata = total permintaan yang diharapkan : jumlah hari produksi = 6200:124 = 50 unit per hari      
                                                                                       
Grafik tersebut menggambarkan perbedaan antara prediksi dengan permintaan rata-rata. Contoh strategi yang dapat diambil seperti, perusahaan dapat merekrut karyawan lebih banyak ketika bulan Januari-Maret karena permintaan per hari lebih kecil dari kebutuhan rata-rata. Untuk bulan April-Juni perusahaan dapat menjual atap kepada pemasok yang membutuhkan biaya subkontrak.
2.      Rencana 1 inti pemasok atap-tenaga kerja yang konstan. Rencana 1 ini memiliki tingkat produksi dan disebut strategi tingkat. Diasumsikan pemasok atap memproduksi 50 unit atap per hari, tiap pekerja menghasilkan 5 unit per hari, jumlah hari produksi 124, tenaga kerja tetap, tidak ada persediaan pengaman, tidak subkontrak. Tabel berikut menyediakan informasi biaya dari pemasok atap tersebut.
Biaya penanganan persediaan
$ 5 per unit per bulan
Biaya subkontrak per unit
$ 10 per unit
Tingkat upah rata-rata
$5 per jam  ($40 per hari)
Upah lembur rata-rata
$ 7per jam  (di atas 8 jam per hari)
Jam kerja untuk memproduksi 1 unit
1,6 jam per unit
Biaya untuk meningkatkan tingkat produksi harian (perekrutan dan pelatihan)
$ 300 per unit
Biaya untuk menurunkan tingkat produksi harian (pemberhentian kerja)
$ 600 per unit

Solusi: membuat tabel dan mengakumulasikan biaya
Bulan
Produksi 50 unit per hari
Predisksi permintaan
Perubahan persediaan bulanan
Persediaan akhir
Jan
1100
900
+200
200
Feb
900
700
+200
400
Mar
1050
800
+250
650
Apr
1050
1200
-150
500
Mei
1100
1500
-400
100
Jun
1000
1100
-100
0
Total



1850

Pengusaha tiap hari dapat memproduksi 50 unit atap per hari, tiap pekerja menghasilkan 5 unit per hari. Jadi jumlah tenaga kerja = 50/5 = 10 pekerja.
Jadi total biaya pada rencana 1:
Biaya
Perhitungan
Penganan persediaan
$ 9250 (1850 unit x $5 per unit)
Jam kerja regular
49600 (10 pekerja x $40 per hari x 124 hari)
Biaya lain (waktu lembur, perekrutan, pemberhentian, dll)
0
Biaya total
58.850

3.      Rencana 2 untuk pemasok atap-menggunakan subkontrak dengan tenga kerja konstan. Pada bulan Maret, memiliki permintaan paling rendah dengan menghasilkan 38 unit per hari, yang membutuhkan 7,6 pekerja. Jumlah hari produksi =124 hari. Total produksi yang diperlukan dalam 6 periode = 6200 unit. Tabel akumulasi biaya sama dengan nomor 2.
Solusi:
Produksi sendiri = 38 unit per hari x 124 = 4.712 unit
Subkontrak = 6200-4712 = 1.488 unit
Biaya jam kerja reguler
$ 37.696 (7,6 pekerja x $40  x 124)
subkontrak
14.880 (1488 unit x $10 per unit)
Total biaya
52.576

4.      Rencana 3 untuk pemasok atap-Perekrutan dan pemberhentian pekerja
Strategi ke 3 mencakup memvariasikan jumlah tenaga kerja dengan merekrut dan memberhentikan pekerja sebagaimana diperlukan. Tingkat produksi akan sama dengan permintaan, tidak terdapat perubahan produksi dari bulan sebelumnya yaitu Desember. Tabel asumsi biaya sama dengan nomor 2 (biaya untuk mengurangi produksi per hari = $600 per unit, biaya untuk meningkatkan produksi per hari = $300 per unit.
Bulan
Prediksi (unit)
Tingkat produksi harian
Biaya produksi dasar
Biaya tambahan untuk meningktkan produksi
Biaya tambahan untuk menurunkan produksi
Total biaya
Jan
900
41
$ 7200
-
-
$ 7.200
Feb
700
39
5600
-
$ 1200 (2 x $600)
6.800
Mar
800
38
6400
-
$ 600 (1 x $ 600)
7.000
Apr
1200
57
9600
$5700 (19x $300)
-
15.300
Mei
1500
68
12000
$3300 (11x$300)
-
15.300
Juni
1100
55
8800
-
$ 7800 (13 x $600)
16.600
Total





68.200

Setelah melakukan berbagai usulan rencana seperti nomor 2, 3, 4 maka langkah selanjutnya adalah membandingkan total biaya dari tiap rencana dan memilih pendekatan yang memiliki biaya terendah. Jadi rencana 2 menjadi rencana terbaik dengan biaya terendah dibandingkan yang lain yaitu $ 52.576.
Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan diantaranya:
a.      Metode Transportasi Dalam Program Linear
Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear. Metode transportasi dalam program linear bukanlah suatu pendekatan trail-and-error seperti metode pembuatan diagram tetapi menghasilkan rencana yang optimal untuk meminimisasi biaya.
Metode ini juga fleksibel karena dapat menspesifikasi produksi biasa dan lembur dalam setiap periode waktu, jumlah unit yang akan disubkontrakkan, giliran kerja tambahan, dan persediaan dari satu period eke periode berikutnya.
Contoh : Farnsworth Tire Company mengembangkan data yang berkaitan dengan produksi, permintaan, kapasitas, dan biaya di pabriknya di West Virginia, seperti diperlihatkan pada tabel berikut.

DATA PRODUKSI, PERMINTAAN, KAPASITAS, DAN BIAYA FARNSWORTH

PERIODE PENJUALAN
Maret
April
Mei
Permintaan
800
1.000
750
Kapasitas :
     Biasa
700
700
700
     Lembur
50
50
50
     Subkontrak
150
150
130
Persediaan awal
100 roda


BIAYA
Waktu biasa
$40 per roda
Lembur
$50 per roda
Subkontrak
$70 per roda
Persediaan awal
$2 per roda per bulan

(Manajemen Operasi Jay Heizer & Barry Render hal 442-443)




TABEL TRANSPORTASI FARNSWORTH PERMINTAAN UNTUK
PASOKAN DARI
PERMINTAAN UNTUK
KAPASITAS TOTAL
Periode 1
Periode 2
Periode 3
Kapasitas tak
YANG TERSEDIA
(Maret)
(April)
(Mei)
Terpakai (Dummy)
(Pasokan)
Persediaan awal

0

2

4
0

100





100
Periode 1
Waktu biasa

40

42

44
0

700





700
Waktu lembur

50

52

54

0



50



50
Subkontrak

70

72

74

0



150



150
Periode 2
Waktu biasa



40

42

0



700



700
Waktu lembur



50

52

0



50



50
Subkontrak



70

72

0



50


100
150
Periode 2
Waktu biasa





40

0





700

700
Waktu lembur





50

0





50

50
Subkontrak





70

0








130
130
PERMINTAAN TOTAL
800
1.000
750
230
2.780


Perhatikan hal-hal di bawah ini :
1.      Biaya penyimpangan adalah sebesar $2 roda per bulan. Roda yang diproduksi di satu periode dan disimpan selama satu bulan biayanya lebih tinggi $2. Karena biaya penahanannya linear, maka biaya penahanan selama 2 bulan adalah sebesar $4.
2.      Masalah transportasi mengharuskan pasokan sejumlah permintaan; sehingga ditambahkan kolom dummy yang dinamakan “kapasitas tak terpakai”. Biaya tidak menggunakan kapasitas = nol.
3.      Jumlah di setiap kolom pada tabel di atas merupakan tingkat persediaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan permintaan. Permintaan untuk roda sebanyak 800 buah pada bulan Maret dipenuhi dengan menggunakan 100 roda dari persediaan awal dan 700 roda dari waktu biasa.
b.      Linear Decision Rule (LDR)
Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu. LDR meminimasi biaya total dari biaya gaji, pengangkatan, PHK, lembur, dan persediaan melalui serangkaian kurva biaya kuadrat.


c.       Management Coefficients Model (MCM)
Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori yang mendasari adalah bahwa pengalaman masa lalu manajer cukup baik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar menetapkan keputusan di masa depan. Teknik ini menggunakan analisis regresi terhadap keputusan produksi yang diambil manajer di masa lalu. Garis regresinya memberikan penggambaran hubungan antar-variabel (seperti permintaan dan tenaga kerja) untuk pengambilan keputusan di masa datang, Menurut Bowman, manajer tidak efisien karena tidak konsisten dalam pengambilan keputusan.
d.      Simulasi
Suatu model komputer yang dinamakan penjadwalan lewat simulasi yang dikembangakan pada tahun 1966 di R.C. Vergin. Pendekatan simulasi ini menggunakan prosedur pencarian dalam mencari kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk ukuran jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi.
Pembandingan Metode-metode Perencanaan Agregat
Walaupun search decision rule dan model-model matematika lainnya dalam penelitian telah diamati berhasil dalam kondisi tertentu dan program linear telah diterima di bidang industri, kenyataannya, model-model perencanaan yang paling canggih tidak digunakan secara luas. Mengapa hal ini terjadi? Mungkin hal ini mencerminkan sikap rata-rata para manajer dalam memandang model yang terlalu kompleks. Perencana, seperti kita semua, ingin memahami bagaimana dan mengapa model-model yang dijadikan dasar pengambilan keputusan dapat berhasil. Terlebih lagi, manajer operasi perlu mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan dinamika tempat kerja yang berubah-ubah. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pendekatan pembuatan diagram dan grafik yang lebih sederhana lebih diterima secara umum.
(Manajemen Operasi Jay Heizer & Barry Render hal 444-445)

Heizer, Jay & Render, Barry. 2010. Operations Management Buku 2 Edisi ke 9. Jakarta. Salembat Empat.
 Heizer dan Barry Rander, Manajemen Operasi Buku 2 Edisi Ke 9, Salemba Empat, Jakarta, 2010 Hal. 148-175.
Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi Buku 2 Edisi Ke 9, Salemba Empat, Jakarta, 2010 Hal. 442-443.
Heizer, Jay dan Barry Render. 2005. Operations Management. Edisi ketujuh. (Terj.)     Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdy. Jakarta: Salemba Empat.
http://imandede.blogspot.com/2009/10/perencanaan-agregat.html. 2009. “Perencanaan  Agregat.” Diunduh Minggu, 10 Mei 2015.
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/Perencanaan-Agregat. Tanpa angka tahun. “Perencanaan Agregat.” Diunduh Minggu, 10 Mei 2015.




3 comments: