Thursday, 14 April 2016

Analisis AirAsia

Lingkungan Eksternal Perusahaan

            Lingkungan eksternal merupakan factor-faktor di luar kendali yang memengaruhi pilihan perusahaan mengenai arah dan tindakan, yang pada akhirnya juga memengaruhi struktur organisasi dan proses internalnya (John & Richard, p. 92). Terdapat tiga subkategori yang saling terkait: faktor-faktor dalam lingkungan jauh, dalam lingkungan industri dan lingkungan dekat.
Lingkungan Jauh merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan yang tidak memiliki pengaruh atau hanya sedikit pengaruhnya bagi perusahaan. Berikut analisis lingkungan jauh PT Indonesia AirAsia :
1.      Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan pengaruh pola konsumsi pada segmen pasar. Sehingga perusahaan harus menanggapi tren ekonomi yang dapat memengaruhi industrinya. Hampir sepanjang tahun 2014, kurs rupiah terus melemah hingga hampir mencapai Rp 14.000,00 dan pola konsumsi masyarakat pun akan menurun karena UMR atau gaji masyarakat cenderung tidak meningkat. Sehingga, keinginan untuk berpergian akan menurun terlebih dengan fasilitas udara. Namun, AirAsia masih bisa bertahan dalam kondisi ini, karena penerapan LCC yang memungkinkan harga rendah bagi mereka. AirAsia pun unggul dalam kompetisi pasar seperti ini. Selain itu, pelemahan rupiah membawa negative impact khawatir karena mata uang dolar sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan AirAsia. Alasannya hampir 70% biaya-biaya di industri penerbangan menggunakan dolar seperti maintenance, repair and overhaul/ MRO sedangkan pendapatan didominasi mata uang lokal seperti rupiah. Contoh lain, beberapa bulan awal tahun 2015 Harga avtur mengalami penurunan karena turunnya harga minyak dunia. Hal ini membawa dampak positif bagi AirAsia.
2.      Faktor Sosial dan Budaya
Faktor sosial meliputi kepercayaan, nilai sikap, opini dan gaya hidup masyarakat. Bagi mereka yang belum memahami strategi LCC yang menekan biaya operasi untuk menurunkan harga boarding pass, akan mengira bahwa maskapai dengan LCC keamanannya kurang terjamin. Nilai sosial seperti ini bisa menjadi ancaman bagi AirAsia. Langkah yang ditempuh selama ini oleh AirAsia seperti memberikan pelayanan yang berkualitas, DEPANRI (Dewan Penerbangan Dan Angkasa Luar Nasional Republik Indonesia) juga mengecek kelayakan maskapai. Jika keamanan AirAsia meragukan, pemerintah akan melarang operasi seperti  Adam Air dilarang terbang oleh pemerintah Indonesia demi keamanan, dan kemudian dinyatakan bangkrut di pengadilan tahun 2007.
3.      Faktor Teknologi
AirAsia sebagai maskapai penerbangan di Indonesia tentunya memerlukan teknologi yang canggih. Seperti keperluan untuk penyebaran informasi terkait kerusakan pesawat, pengaturan jadwal agar tidak terjadinya keterlambatan pemberangkatan, percepatan informasi sehingga dapat memudahkan dalam pelayanan terhadap calon penumpang dan meminimize waktu respon terhadap layanan pelanggan. AirAsia memanfaatkan teknologi dengan baik seperti pengaplikasian website bagi pelanggan yang memesan tiket sehingga mengurangi biaya pelayanan pembelian secara langsung. Selain itu, pembeli terhindar dari Calo yang suka meresahkan konsumen karena biasanya calo suka menaikan harga tiket sangat tinggi sekali dan pembeli tidak harus mengantri untuk membeli tiket.
Penggunaan Air Traffic Control merupakan suatu kendali dalam pengaturan lalu lintas udara yang berfungsi untuk mengatur lalu lalang serta kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas (take off), terbang di udara, maupun yang akan mendarat (landing). ATC juga berfungsi untuk memberikan layanan bantuan informasi bagi pilot tentang cuaca, situasi dan kondisi bandara yang dituju. Selain itu, juga pengaplikasian Aircraft Schedule Software, Customer Database, Air Crew Monitoring System. Sejauh ini, AirAsia telah memanfaatkan teknologi yang ada dengan baik. Sehingga meningkatkan keefektivan industri mereka.

read more
Berikut lingkungan eksternal yang dekat dengan perusahaan :
1.      Pesaing
Terdapat banyak industri penerbangan di Indonesia antara lain Garuda Indonesia – GIAA (1949) adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia merupakan BUMN. PT Citilink Indonesia adalah maskapai penerbangan yang berdiri pada tahun 2001 dan merupakan anak perusahaan dari Garuda Indonesia. PT Lion Mentari Airlines (2000). Wings Abadi Airlines (2003) merupakan anak dari perusahaan Lion Air. Batik Air (2013) maskapai ini berkantor pusat di Jakarta dan merupakan anak perusahaan dari Lion Air. Sriwijaya Air (2003). NAM Air (2013) adalah anak perusahaan Sriwijaya Air.
Garuda Indonesia sendiri merupakan maskapai favorit di kalangan masyarakat dengan symbol full service yang diberikan dan lamnya industri ini telah beroperasi. Garuda Indonesia ini merupakan pesaing berat bagi AirAsia. Namun, target pasar mereka berbeda. Di mana AirAsia lebih unggul bagi pelanggan menengah bawah yang menekankan harga murah dan para pembisnis yang sering melakukan perjalanan. Sehingga harga lebih menjadi pilihan utama bagi mereka. Industri yang menerapkan LCC sebagai pesaing AirAsia antara lain Lion Air, Citilink, Tiger Air.
2.      Faktor Regulasi Pemerintah
Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan industri ini adalah tariff bea masuk dan PPN. Sejak Maret 2016, Pemerintah telah bebaskan bea masuk 21 pos tarif komponen pesawat udara, menyusul empat pos tarif komponen pesawat udara yang diusulkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah dibebaskan pada 2013. Hal ini membawa dampak positif bagi AirAsia karena biaya bisa lebih ditekan. Namun, hal ini juga berlaku bagi seluruh maskapai Indonesia. Sehingga hal ini bukan kunci utama keuntungan bagi AirAsia. Selain itu, Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 45/2015 mengenai persyaratan kepemilikan modal Badan Usaha yang mewajibkan modal sebesar Rp500 miliar. Hal ini bisa dapat menjadi hambatan masuknya pendatang baru karena modal yang dimiliki cukup besar.






Lingkungan Internal Perusahaan
Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Perusahaan sendiri sesuai konsep masa kini merupakan kumpulan dari berbagai macam sumber daya, kapabilitas dan kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan untuk membentuk market position tertentu. Dengan demikian analisis lingkungan internal akan meliputi analisis mengenai sumber daya manusia, kapabilitas dan kompetensi inti yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut lingkungan internal di Air Asia :
1.      Sumber Daya Manusia
AirAsia memiliki 180 pilot. Dari jumlah tersebut, sekitar 4 persen atau sekitar 7 orang adalah pilot asing. Karena pilot local masih kurang dari yang dibutuhkan. Untuk memenui tenaga pilot,AirAsia mengambil dari lulusan STPI Curug dan AirAsia juga menggandeng Bali International  Flight Academy (BIFA).
Untuk melatih tenaga kerja yang kompeten, beberapa siswa diberikan sebuah kontrak kerja agar saat lulus dari BIFA dan STPI mereka langsung bergabung dengan AirAsia. Dalam kontrak tersebut, AirAsia bersedia membayar separuh biaya pendidikan pilot sampai mereka lulus. Pilot harus mengembalikan setengah biaya pendidikan itu dengan mencicil dari gaji mereka di AirAsia.
Perekrutan dan pelatihan yang diketat dilakukan oleh AirAsia. Diawali dengan Private Pilot License (PPL) merupakan sertifikasi pribadi sebagai tanda bahwa wisudawan program pilot dan pelatihan terbang yang terintegrasi sesuai standar Directorate General of Civil Aviation yaitu standar yang diaplikasikan pada implementasi, pengontrolan dan operasional penerbangan. Dilanjutkan dengan program Commercial Pilot License (CPL) yaitu program pendidikan yang akan memberikan sertifikat layak terbang. Calon siswa yang mengikuti program ini harus mengikuti serangkaian tes penempatan sesuai standar International Civil Aviation Organization (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) sebagai upaya pembentukan profesional aviasi yang mengutamakan keselamatan dan keamanan penumpang. Barulah lulusan program CPL adalah Pilot handal yang melayani kebutuhan industri aviasi Air Asia.
Sedangkan pramugara/pramugari menggunakan jasa dari perusahaan outsourcing atau agen tenaga kerja yang menyediakan pramugara/pramugari handal. Mereka pun tetap didominasi oleh tenaga kerja local. Hal ini sesuai dengan komitmen AirAsia untuk memberikan dedikasi kepada Indonesia, memberdayakan kualitas SDM Indonesia. AirAsia juga mengakomodasikan rute pesawat dengan baik. Contohnya, adanya ATC yang dekat dengan lokasi penerbangan pesawat. ATC atau pemandu lalu lintas udara ( Air Traffic Controller, ATC) adalah profesi yang memberikan layanan pengaturan lalu lintas di udara terutama pesawat udara untuk mencegah antar pesawat terlalu dekat satu sama lain, mencegah tabrakan antarpesawat udara dan pesawat udara dengan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi, juga berperan dalam pengaturan kelancaran arus lalu lintas, membantu pilot dalam mengendalikan keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot seperti cuaca. Contohnya pesawat yang menuju Bali, akan dibantu oleh ATC dari Makassar sehingga jalur komunikasi bisa lebih berjalan dengan lanacar.
AirAsia menjadi maskapai berbiaya hemat pertama yang mendapatkan penghargaan “Awak Kabin Terbaik di Asia” pada ajang bergengsi, World Travel Awards (Asia & Australasia) 2015 di Hong Kong.  Pada penghargaan ini, AirAsia juga dinominasikan selama empat tahun berturut-turut sebagai maskapai berbiaya hemat terbaik di dunia. Pencapaian ini menunjukan bahwa AirAsia tidak hanya maskapai penerbangan berbiaya hemat tapi juga maskapai yang memberikan nilai tinggi pada segi pelayanannya.
2.      Kompetensi Inti
·         Penerbangan Sesuai Dengan Standar
Dominasi pesawat yang digunakan oleh maskapai penerbangan adalah Boeing 737 dan AirBus A320. Boeing sendiri merupakan buatan dari Amerika Serikat yang kualitasnya tidak perlu diragukan. Sedangkan AirBus merupakan produk asal Perancis. Dari segi avtur atau bahan bakar pesawat, AirBus lebih unggul dari pada Boeing dalam jarak tempuh yang sama. Contohnya Garuda Indonesia untuk kelas Ekonomi menggunakan AirBus dan Boeing untuk kelas utama. AirAsia sendiri semua pesawatnya berasal dari AirBus yaitu pesawat yang memiliki daya tampung sebanyak 150-180 orang.
AirAsia terus memantau jalannya perawatan dan pemeliharaan pesawat mereka. Contohnya AirAsia berkomitmen mementingkan keselamatan penumpang yaitu dengan selalu melakukan pemeliharaan dan pengawasan yang baik. Satu bulan sebelum keberangkatan, pihak AirAsia akan mengecek kelayakan pesawatnya. DEPANRI akan terus melakukan pengawasan pelanggaran kelayakan kondisi pesawat dan jika tidak lolos maka tidak diberi izin untuk melakukan penerbangan lagi seperti kasus Adam Air setelah terjadi kecelakaan pada tahun 2007 dan terbukti mengabaikan maintenance pesawat.
·         Startegi Manajemen
Air Asia memfokuskan diri pada segmen dengan biaya terjangkau atau low cost carrier (LCC). Strategi yang tepat sebegai costleadership harus diiringi dengan pengandalian internal yang kuat. Untuk mencapai biaya rendah dibutuhkan efisiensi tinggi di setiap bagian dari bisnis dan mempertahankan kesederhanaan.
Seperti, tetap menjaga kenyamanan pelanggan meskipun biaya-biaya operasi ditekan. Memberikan upah yang sesuai bagi awak pesawat. Di mana pramugari juga membersihkan pesawat untuk mengurangi tenaga kerja lebih. Namun, pramugari harus tetap terlihat bersih dan ramah. Sehingga diperlukan pengendalian intern yang sesuai karena banyak komponen yang harus diselaraskan.
Contoh lain, adalah penekanan biaya untuk loket pembelian tiket dan karyawan yang melayani. Di mana Air Asia menerapkan e-ticketing, penumpang dapat melakukan reservasi di manapun karena pembelian dilakukan secara online dan di mana tarif dibayar menggunakan kartu kredit. Dibutuhkan pengendalian teknologi agar sistem tidak down, pengaturan jadwal, pengaturan tenaga kerja yang siap melayani dan sebagainya. Pengendalian intern yang baik membawa Air Asia semakin maju, ditandai dengan penambahan rute perjalanan untuk memperluas pangsa pasar dan unggul dalam pasar kompetitif.
·         Kekompakan CEO dan Tenaga Kerja
Kekompakan antara CEO dan tenaga kerja terlihat saat Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014 dengan rute pesawat Surabaya-Bali. Tony Fernandes begitu responsif saat AirAsia mengalami krisis. Dia aktif di Twitter menunjukkan simpati, dan juga langsung hadir ke rumah korban. Ini baik bagi mental bawahannya maupun korban, serta tentu saja sinyal bagi pelanggan potensialnya untuk tetap percaya pada reputasi manajemennya.
Ketika pesawat AirAsia QZ8501 hilang, Tony Fernandes datang ke bandara, menghadapi "head to head" dngan Menteri Perhubungan Jonan untuk memberikan keterangan. Menjaga soliditas karyawannya untuk hadir, bukannya menghindari pandangan negative mayoritas konsumen. Hal ini merupakan pelajaran bagi manajemen dan pemimpin perusahaan lain yang perlu dicontoh. Jika CEO tidak merespon dengan cepat, maka crew AirAsia bisa tidak tahan menghadapi massa. Karena, dorongan manajemen inilah AirAsia masih bisa mempertahankan sitra perusahaan.
Selain menunjukan simpati kepada korban, pihak AirAsia juga memenuhi tanggungjawabnya untuk memberikan asuransi kepada 162 penumpang dan keluarga penumpang akan tetap terlindungi sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia. Operasional maskapai AirAsia tidak terpengaruh dengan kecelakaan pesawat tersebut dan tetap berjalan dengan normal. AirAsia memberikan keterangan bahwa sebelum kecelakaan, memang sedang terjadi cuaca buruk. Namun, satu bulan sebelum keberangkatan, kondisi pesawat lolos dalam seleksi layak penerbangan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan sebuah pesawat, dan selama 30 tahun terakhir tidak ada satupun CEO maskapai di dunia yang bisa memastikan tidak ada kecelakaan dalam penerbangannya. Namun, AirAsia akan tetap menjaga kesalamatan dan kenyamanan para penumpang.
·         Terciptanya Goal Congruen
Ditunjukan dengan prestasi meraih awak masakapai terbaik 2014, Air Asia mampu mencipatakan keselarasan tujuan antara CEO, manajer, dan pemangku kepentingan lain. Meskipun dengan strategi low cost, upah yang sesuai untuk awak kabin tetap terpenuhi. Hal ini ditunjukan dengan keramahan yang mereka berikan dalam jasa penerbangan. Tujuan konsumen untuk mengeluarkan biaya yang murah dan keamanan yang terjaga pun dapat terpenuhi.
Sebagai bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) AirAsia, mengadakan acara khusus seperti kunjungan ke SDN Bojongrenged II, Tangerang dengan memberikan sumbangan berupa buku ilmu pengetahuan selain itu, AirAsia memberikan beasiswa kepada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug dan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) di Surabaya yang diberi nama SCholarship for AirAsia Mechanic Program (CHAMP).
Peluang Air Asia untuk masuk dalam industri global. Untuk saat ini, Air Asia belum melayani rute ke Eropa. Namun peluang untuk memperluas jalur penerbangan pasti luas. Hal ini, sesuai misi perusahaan yang berkomitmen untuk menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global. Dengan meningkatkan kualitas dan tingkat pengembalian pendapatan menuju pasar global pun menjadi kemungkinan yang bisa diraih. Untuk saati ini, hanya Garuda Indonesia yang mampu dan diberi izin untuk melakukan penerbangan ke Eropa.
Jika masuk dalam industri global otomatis reputasi jasa penerbangan akan meningkat, dari luar namun juga dari dalam negeri sendiri. Dengan bergeraknya suatu perusahaan dalam globalisasi maka kepercayaan akan tumbuh dari konsumen kepada perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan akan lebih teruji dan mendapat brand image yang baik.
Selain mendapat reputasi juga bisa sebagai cara untuk belajar dan menambah pengalaman mengenai lingkungan penerbangan diluar negeri, dan mengenai lingkungan operasinya. Selain itu juga bisa dapat mengeksploitasi sumber daya lain ataupun dalam negeri, seperti tenaga kerja dan bahan baku dan tentunya meningkatkan penjualan dan keuntungan seiring  dengan bertambahnya pangsa pasar. Namun yang mungkin menjadi kendala saati ini adalah belum adanya pendanaan yang cukup besar untuk menambah rute perjalanan ke Eropa. Sehingga Air Asia membutuhkan waktu untuk menjaga pengendalian seperti sekarang agar kedepannya dapat melakukan ekspansi.\

1.1       Lingkungan Internal AirAsia

Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Perusahaan sendiri sesuai konsep masa kini merupakan kumpulan dari berbagai macam sumber daya, kapabilitas dan kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan untuk membentuk market position tertentu. Dengan demikian analisis lingkungan internal akan meliputi analisis mengenai sumber daya manusia, kapabilitas dan kompetensi inti yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut lingkungan internal di Air Asia :

1.1.1        Sumber Daya Manusia

AirAsia memiliki 180 pilot. Dari jumlah tersebut, sekitar 4 persen atau sekitar 7 orang adalah pilot asing. Karena pilot local masih kurang dari yang dibutuhkan. Untuk memenui tenaga pilot,AirAsia mengambil dari lulusan STPI Curug dan AirAsia juga menggandeng Bali International  Flight Academy (BIFA).
Untuk melatih tenaga kerja yang kompeten, beberapa siswa diberikan sebuah kontrak kerja agar saat lulus dari BIFA dan STPI mereka langsung bergabung dengan AirAsia. Dalam kontrak tersebut, AirAsia bersedia membayar separuh biaya pendidikan pilot sampai mereka lulus. Pilot harus mengembalikan setengah biaya pendidikan itu dengan mencicil dari gaji mereka di AirAsia.
Perekrutan dan pelatihan yang diketat dilakukan oleh AirAsia. Diawali dengan Private Pilot License (PPL) merupakan sertifikasi pribadi sebagai tanda bahwa wisudawan program pilot dan pelatihan terbang yang terintegrasi sesuai standar Directorate General of Civil Aviation yaitu standar yang diaplikasikan pada implementasi, pengontrolan dan operasional penerbangan. Dilanjutkan dengan program Commercial Pilot License (CPL) yaitu program pendidikan yang akan memberikan sertifikat layak terbang. Calon siswa yang mengikuti program ini harus mengikuti serangkaian tes penempatan sesuai standar International Civil Aviation Organization (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) sebagai upaya pembentukan profesional aviasi yang mengutamakan keselamatan dan keamanan penumpang. Barulah lulusan program CPL adalah Pilot handal yang melayani kebutuhan industri aviasi Air Asia.
Sedangkan pramugara/pramugari menggunakan jasa dari perusahaan outsourcing atau agen tenaga kerja yang menyediakan pramugara/pramugari handal. Mereka pun tetap didominasi oleh tenaga kerja local. Hal ini sesuai dengan komitmen AirAsia untuk memberikan dedikasi kepada Indonesia, memberdayakan kualitas SDM Indonesia. AirAsia juga mengakomodasikan rute pesawat dengan baik. Contohnya, adanya ATC yang dekat dengan lokasi penerbangan pesawat. ATC atau pemandu lalu lintas udara ( Air Traffic Controller, ATC) adalah profesi yang memberikan layanan pengaturan lalu lintas di udara terutama pesawat udara untuk mencegah antar pesawat terlalu dekat satu sama lain, mencegah tabrakan antarpesawat udara dan pesawat udara dengan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi, juga berperan dalam pengaturan kelancaran arus lalu lintas, membantu pilot dalam mengendalikan keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot seperti cuaca. Contohnya pesawat yang menuju Bali, akan dibantu oleh ATC dari Makassar sehingga jalur komunikasi bisa lebih berjalan dengan lanacar.
AirAsia menjadi maskapai berbiaya hemat pertama yang mendapatkan penghargaan “Awak Kabin Terbaik di Asia” pada ajang bergengsi, World Travel Awards (Asia & Australasia) 2015 di Hong Kong.  Pada penghargaan ini, AirAsia juga dinominasikan selama empat tahun berturut-turut sebagai maskapai berbiaya hemat terbaik di dunia. Pencapaian ini menunjukan bahwa AirAsia tidak hanya maskapai penerbangan berbiaya hemat tapi juga maskapai yang memberikan nilai tinggi pada segi pelayanannya.

1.1.2        Kompetensi Inti

·         Penerbangan Sesuai Dengan Standar
Dominasi pesawat yang digunakan oleh maskapai penerbangan adalah Boeing 737 dan AirBus A320. Boeing sendiri merupakan buatan dari Amerika Serikat yang kualitasnya tidak perlu diragukan. Sedangkan AirBus merupakan produk asal Perancis. Dari segi avtur atau bahan bakar pesawat, AirBus lebih unggul dari pada Boeing dalam jarak tempuh yang sama. Contohnya Garuda Indonesia untuk kelas Ekonomi menggunakan AirBus dan Boeing untuk kelas utama. AirAsia sendiri semua pesawatnya berasal dari AirBus yaitu pesawat yang memiliki daya tampung sebanyak 150-180 orang.
AirAsia terus memantau jalannya perawatan dan pemeliharaan pesawat mereka. Contohnya AirAsia berkomitmen mementingkan keselamatan penumpang yaitu dengan selalu melakukan pemeliharaan dan pengawasan yang baik. Satu bulan sebelum keberangkatan, pihak AirAsia akan mengecek kelayakan pesawatnya. DEPANRI akan terus melakukan pengawasan pelanggaran kelayakan kondisi pesawat dan jika tidak lolos maka tidak diberi izin untuk melakukan penerbangan lagi seperti kasus Adam Air setelah terjadi kecelakaan pada tahun 2007 dan terbukti mengabaikan maintenance pesawat.



·         Startegi Manajemen
Air Asia memfokuskan diri pada segmen dengan biaya terjangkau atau low cost carrier (LCC). Strategi yang tepat sebegai costleadership harus diiringi dengan pengandalian internal yang kuat. Untuk mencapai biaya rendah dibutuhkan efisiensi tinggi di setiap bagian dari bisnis dan mempertahankan kesederhanaan.
Seperti, tetap menjaga kenyamanan pelanggan meskipun biaya-biaya operasi ditekan. Memberikan upah yang sesuai bagi awak pesawat. Di mana pramugari juga membersihkan pesawat untuk mengurangi tenaga kerja lebih. Namun, pramugari harus tetap terlihat bersih dan ramah. Sehingga diperlukan pengendalian intern yang sesuai karena banyak komponen yang harus diselaraskan.
Contoh lain, adalah penekanan biaya untuk loket pembelian tiket dan karyawan yang melayani. Di mana Air Asia menerapkan e-ticketing, penumpang dapat melakukan reservasi di manapun karena pembelian dilakukan secara online dan di mana tarif dibayar menggunakan kartu kredit. Dibutuhkan pengendalian teknologi agar sistem tidak down, pengaturan jadwal, pengaturan tenaga kerja yang siap melayani dan sebagainya. Pengendalian intern yang baik membawa Air Asia semakin maju, ditandai dengan penambahan rute perjalanan untuk memperluas pangsa pasar dan unggul dalam pasar kompetitif.
·         Kekompakan CEO dan Tenaga Kerja
Kekompakan antara CEO dan tenaga kerja terlihat saat Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014 dengan rute pesawat Surabaya-Bali. Tony Fernandes begitu responsif saat AirAsia mengalami krisis. Dia aktif di Twitter menunjukkan simpati, dan juga langsung hadir ke rumah korban. Ini baik bagi mental bawahannya maupun korban, serta tentu saja sinyal bagi pelanggan potensialnya untuk tetap percaya pada reputasi manajemennya.
Ketika pesawat AirAsia QZ8501 hilang, Tony Fernandes datang ke bandara, menghadapi "head to head" dngan Menteri Perhubungan Jonan untuk memberikan keterangan. Menjaga soliditas karyawannya untuk hadir, bukannya menghindari pandangan negative mayoritas konsumen. Hal ini merupakan pelajaran bagi manajemen dan pemimpin perusahaan lain yang perlu dicontoh. Jika CEO tidak merespon dengan cepat, maka crew AirAsia bisa tidak tahan menghadapi massa. Karena, dorongan manajemen inilah AirAsia masih bisa mempertahankan sitra perusahaan.
Selain menunjukan simpati kepada korban, pihak AirAsia juga memenuhi tanggungjawabnya untuk memberikan asuransi kepada 162 penumpang dan keluarga penumpang akan tetap terlindungi sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia. Operasional maskapai AirAsia tidak terpengaruh dengan kecelakaan pesawat tersebut dan tetap berjalan dengan normal. AirAsia memberikan keterangan bahwa sebelum kecelakaan, memang sedang terjadi cuaca buruk. Namun, satu bulan sebelum keberangkatan, kondisi pesawat lolos dalam seleksi layak penerbangan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan sebuah pesawat, dan selama 30 tahun terakhir tidak ada satupun CEO maskapai di dunia yang bisa memastikan tidak ada kecelakaan dalam penerbangannya. Namun, AirAsia akan tetap menjaga kesalamatan dan kenyamanan para penumpang.
·         Terciptanya Goal Congruen
Ditunjukan dengan prestasi meraih awak masakapai terbaik 2014, Air Asia mampu mencipatakan keselarasan tujuan antara CEO, manajer, dan pemangku kepentingan lain. Meskipun dengan strategi low cost, upah yang sesuai untuk awak kabin tetap terpenuhi. Hal ini ditunjukan dengan keramahan yang mereka berikan dalam jasa penerbangan. Tujuan konsumen untuk mengeluarkan biaya yang murah dan keamanan yang terjaga pun dapat terpenuhi.
Sebagai bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) AirAsia, mengadakan acara khusus seperti kunjungan ke SDN Bojongrenged II, Tangerang dengan memberikan sumbangan berupa buku ilmu pengetahuan selain itu, AirAsia memberikan beasiswa kepada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug dan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) di Surabaya yang diberi nama SCholarship for AirAsia Mechanic Program (CHAMP). Karyawan AirAsia Indonesia yang terdiri dari pilot, pramugari dan pramugara, serta staf guest serviceengineeringcargo, dan inflight service hadir di berbagai SD untuk berbagi pengetahuan mengenai dunia aviasi dan menjelaskan tentang profesi mereka kepada anak-anak di sekolah tersebut. Selain itu, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan inspirasi serta wawasan kepada anak-anak mengenai berbagai profesi yang dapat mereka geluti saat mereka dewasa nanti khususnya di dunia aviasi.
Peluang Air Asia untuk masuk dalam industri global. Untuk saat ini, Air Asia belum melayani rute ke Eropa. Namun peluang untuk memperluas jalur penerbangan pasti luas. Hal ini, sesuai misi perusahaan yang berkomitmen untuk menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global. Dengan meningkatkan kualitas dan tingkat pengembalian pendapatan menuju pasar global pun menjadi kemungkinan yang bisa diraih. Untuk saati ini, hanya Garuda Indonesia yang mampu dan diberi izin untuk melakukan penerbangan ke Eropa.
Jika masuk dalam industri global otomatis reputasi jasa penerbangan akan meningkat, dari luar namun juga dari dalam negeri sendiri. Dengan bergeraknya suatu perusahaan dalam globalisasi maka kepercayaan akan tumbuh dari konsumen kepada perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan akan lebih teruji dan mendapat brand image yang baik.
Selain mendapat reputasi juga bisa sebagai cara untuk belajar dan menambah pengalaman mengenai lingkungan penerbangan diluar negeri, dan mengenai lingkungan operasinya. Selain itu juga bisa dapat mengeksploitasi sumber daya lain ataupun dalam negeri, seperti tenaga kerja dan bahan baku dan tentunya meningkatkan penjualan dan keuntungan seiring  dengan bertambahnya pangsa pasar. Namun yang mungkin menjadi kendala saati ini adalah belum adanya pendanaan yang cukup besar untuk menambah rute perjalanan ke Eropa. Sehingga Air Asia membutuhkan waktu untuk menjaga pengendalian seperti sekarang agar kedepannya dapat melakukan ekspansi.


DAFTAR PUSTAKA
 (John & Richard, 2013)




No comments:

Post a Comment