Lingkungan
Eksternal Perusahaan
Lingkungan
eksternal merupakan factor-faktor di luar kendali yang memengaruhi pilihan
perusahaan mengenai arah dan tindakan, yang pada akhirnya juga memengaruhi
struktur organisasi dan proses internalnya (John &
Richard, p. 92). Terdapat tiga
subkategori yang saling terkait: faktor-faktor dalam lingkungan jauh, dalam
lingkungan industri dan lingkungan dekat.
Lingkungan
Jauh merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan
yang tidak memiliki pengaruh atau hanya sedikit pengaruhnya bagi perusahaan.
Berikut analisis lingkungan jauh PT Indonesia AirAsia :
1.
Faktor
Ekonomi
Faktor ekonomi
berkaitan dengan pengaruh pola konsumsi pada segmen pasar. Sehingga perusahaan
harus menanggapi tren ekonomi yang dapat memengaruhi industrinya. Hampir
sepanjang tahun 2014, kurs rupiah terus melemah hingga hampir mencapai Rp 14.000,00
dan pola konsumsi masyarakat pun akan menurun karena UMR atau gaji masyarakat
cenderung tidak meningkat. Sehingga, keinginan untuk berpergian akan menurun
terlebih dengan fasilitas udara. Namun, AirAsia masih bisa bertahan dalam
kondisi ini, karena penerapan LCC yang memungkinkan harga rendah bagi mereka.
AirAsia pun unggul dalam kompetisi pasar seperti ini. Selain itu, pelemahan
rupiah membawa negative impact khawatir
karena mata uang dolar sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan AirAsia.
Alasannya hampir 70% biaya-biaya di industri penerbangan menggunakan dolar
seperti maintenance, repair and overhaul/ MRO sedangkan pendapatan didominasi
mata uang lokal seperti rupiah. Contoh lain, beberapa bulan awal tahun 2015 Harga
avtur mengalami penurunan karena turunnya harga minyak dunia. Hal ini membawa
dampak positif bagi AirAsia.
2.
Faktor
Sosial dan Budaya
Faktor
sosial meliputi kepercayaan, nilai sikap, opini dan gaya hidup masyarakat. Bagi
mereka yang belum memahami strategi LCC yang menekan biaya operasi untuk
menurunkan harga boarding pass, akan
mengira bahwa maskapai dengan LCC keamanannya kurang terjamin. Nilai sosial
seperti ini bisa menjadi ancaman bagi AirAsia. Langkah yang ditempuh selama ini
oleh AirAsia seperti memberikan pelayanan yang berkualitas, DEPANRI (Dewan
Penerbangan Dan Angkasa Luar Nasional Republik Indonesia) juga mengecek kelayakan
maskapai. Jika keamanan AirAsia meragukan, pemerintah akan melarang operasi
seperti Adam Air dilarang terbang oleh pemerintah Indonesia demi
keamanan, dan kemudian dinyatakan bangkrut di pengadilan tahun 2007.
3.
Faktor
Teknologi
AirAsia sebagai maskapai
penerbangan di Indonesia tentunya memerlukan teknologi yang canggih. Seperti
keperluan untuk penyebaran informasi terkait kerusakan pesawat, pengaturan
jadwal agar tidak terjadinya keterlambatan pemberangkatan, percepatan informasi
sehingga dapat memudahkan dalam pelayanan terhadap calon penumpang dan
meminimize waktu respon terhadap layanan pelanggan. AirAsia memanfaatkan
teknologi dengan baik seperti pengaplikasian website bagi pelanggan yang
memesan tiket sehingga mengurangi biaya pelayanan pembelian secara langsung.
Selain itu, pembeli terhindar dari Calo yang suka meresahkan konsumen karena
biasanya calo suka menaikan harga tiket sangat tinggi sekali dan pembeli tidak
harus mengantri untuk membeli tiket.
Penggunaan Air Traffic Control merupakan suatu kendali dalam
pengaturan lalu lintas udara yang berfungsi untuk mengatur lalu lalang serta
kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas
(take off), terbang di udara, maupun yang akan mendarat (landing).
ATC juga berfungsi untuk memberikan layanan bantuan informasi bagi pilot tentang
cuaca, situasi dan kondisi bandara yang dituju. Selain itu, juga
pengaplikasian Aircraft Schedule Software, Customer Database, Air Crew
Monitoring System. Sejauh ini, AirAsia telah memanfaatkan teknologi yang ada dengan
baik. Sehingga meningkatkan keefektivan industri mereka.
read more
read more
Berikut lingkungan
eksternal yang dekat dengan perusahaan :
1.
Pesaing
Terdapat banyak
industri penerbangan di Indonesia antara lain Garuda Indonesia – GIAA (1949)
adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia merupakan BUMN. PT Citilink
Indonesia adalah maskapai penerbangan yang berdiri pada tahun 2001 dan
merupakan anak perusahaan dari Garuda Indonesia. PT Lion Mentari Airlines (2000).
Wings Abadi Airlines (2003) merupakan anak dari perusahaan Lion Air. Batik Air
(2013) maskapai ini berkantor pusat di Jakarta dan merupakan anak perusahaan
dari Lion Air. Sriwijaya Air (2003). NAM
Air (2013) adalah anak perusahaan Sriwijaya Air.
Garuda Indonesia
sendiri merupakan maskapai favorit di kalangan masyarakat dengan symbol full service yang diberikan dan lamnya
industri ini telah beroperasi. Garuda Indonesia ini merupakan pesaing berat
bagi AirAsia. Namun, target pasar mereka berbeda. Di mana AirAsia lebih unggul
bagi pelanggan menengah bawah yang menekankan harga murah dan para pembisnis
yang sering melakukan perjalanan. Sehingga harga lebih menjadi pilihan utama
bagi mereka. Industri yang menerapkan LCC sebagai pesaing AirAsia antara lain
Lion Air, Citilink, Tiger Air.
2.
Faktor
Regulasi Pemerintah
Peraturan pemerintah
yang berkaitan dengan industri ini adalah tariff bea masuk dan PPN. Sejak Maret
2016, Pemerintah telah bebaskan bea masuk 21 pos tarif komponen pesawat udara,
menyusul empat pos tarif komponen pesawat udara yang diusulkan Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) telah dibebaskan pada 2013. Hal ini membawa dampak
positif bagi AirAsia karena biaya bisa lebih ditekan. Namun, hal ini juga
berlaku bagi seluruh maskapai Indonesia. Sehingga hal ini bukan kunci utama
keuntungan bagi AirAsia. Selain itu, Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub)
Nomor 45/2015 mengenai persyaratan kepemilikan modal Badan Usaha yang
mewajibkan modal sebesar Rp500 miliar. Hal ini bisa dapat menjadi hambatan
masuknya pendatang baru karena modal yang dimiliki cukup besar.
Lingkungan Internal Perusahaan
Lingkungan internal
adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan
secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan.
Perusahaan sendiri sesuai konsep masa kini merupakan kumpulan dari berbagai
macam sumber daya, kapabilitas dan kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan
untuk membentuk market position tertentu. Dengan demikian analisis lingkungan
internal akan meliputi analisis mengenai sumber daya manusia, kapabilitas dan kompetensi
inti yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut lingkungan internal di Air Asia :
1.
Sumber
Daya Manusia
AirAsia memiliki 180
pilot. Dari jumlah tersebut, sekitar 4 persen atau sekitar 7 orang adalah pilot
asing. Karena pilot local masih kurang dari yang dibutuhkan. Untuk memenui
tenaga pilot,AirAsia mengambil dari lulusan STPI Curug dan AirAsia juga
menggandeng Bali International Flight
Academy (BIFA).
Untuk melatih tenaga
kerja yang kompeten, beberapa siswa diberikan sebuah kontrak kerja agar saat lulus
dari BIFA dan STPI mereka langsung bergabung dengan AirAsia. Dalam kontrak
tersebut, AirAsia bersedia membayar separuh biaya pendidikan pilot sampai
mereka lulus. Pilot harus mengembalikan setengah biaya pendidikan itu dengan
mencicil dari gaji mereka di AirAsia.
Perekrutan dan
pelatihan yang diketat dilakukan oleh AirAsia. Diawali dengan Private Pilot License (PPL)
merupakan sertifikasi pribadi sebagai tanda bahwa wisudawan program pilot dan pelatihan
terbang yang terintegrasi sesuai standar Directorate General of Civil Aviation
yaitu standar yang diaplikasikan pada implementasi, pengontrolan dan
operasional penerbangan. Dilanjutkan dengan program Commercial Pilot
License (CPL) yaitu program pendidikan yang akan memberikan sertifikat layak
terbang. Calon siswa yang
mengikuti program ini harus mengikuti serangkaian tes penempatan sesuai standar International Civil
Aviation Organization (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) sebagai upaya
pembentukan profesional aviasi yang mengutamakan keselamatan dan keamanan
penumpang. Barulah lulusan program CPL adalah Pilot handal yang melayani kebutuhan
industri aviasi Air Asia.
Sedangkan
pramugara/pramugari menggunakan jasa dari perusahaan outsourcing atau agen tenaga
kerja yang menyediakan pramugara/pramugari handal. Mereka pun tetap didominasi
oleh tenaga kerja local. Hal ini sesuai dengan komitmen AirAsia untuk
memberikan dedikasi kepada Indonesia, memberdayakan kualitas SDM Indonesia.
AirAsia juga mengakomodasikan rute pesawat dengan baik. Contohnya, adanya ATC
yang dekat dengan lokasi penerbangan pesawat. ATC atau pemandu lalu lintas udara ( Air Traffic Controller, ATC)
adalah profesi yang memberikan layanan pengaturan lalu lintas di udara terutama pesawat
udara untuk mencegah antar pesawat terlalu dekat satu sama lain,
mencegah tabrakan antarpesawat udara dan pesawat udara dengan rintangan yang
ada di sekitarnya selama beroperasi, juga berperan dalam pengaturan kelancaran
arus lalu lintas, membantu pilot dalam mengendalikan keadaan darurat, memberikan
informasi yang dibutuhkan pilot seperti cuaca. Contohnya pesawat yang
menuju Bali, akan dibantu oleh ATC dari Makassar sehingga jalur komunikasi bisa
lebih berjalan dengan lanacar.
AirAsia menjadi
maskapai berbiaya hemat pertama yang mendapatkan penghargaan “Awak Kabin
Terbaik di Asia” pada ajang bergengsi, World Travel Awards (Asia & Australasia)
2015 di Hong Kong. Pada penghargaan ini, AirAsia juga dinominasikan
selama empat tahun berturut-turut sebagai maskapai berbiaya hemat terbaik di
dunia. Pencapaian ini menunjukan bahwa AirAsia tidak hanya maskapai penerbangan
berbiaya hemat tapi juga maskapai yang memberikan nilai tinggi pada segi
pelayanannya.
2.
Kompetensi
Inti
·
Penerbangan
Sesuai Dengan Standar
Dominasi pesawat yang
digunakan oleh maskapai penerbangan adalah Boeing 737 dan AirBus A320. Boeing
sendiri merupakan buatan dari Amerika Serikat yang kualitasnya tidak perlu
diragukan. Sedangkan AirBus merupakan produk asal Perancis. Dari segi avtur
atau bahan bakar pesawat, AirBus lebih unggul dari pada Boeing dalam jarak
tempuh yang sama. Contohnya Garuda Indonesia untuk kelas Ekonomi menggunakan
AirBus dan Boeing untuk kelas utama. AirAsia sendiri semua pesawatnya berasal
dari AirBus yaitu pesawat yang memiliki daya tampung sebanyak 150-180 orang.
AirAsia terus memantau
jalannya perawatan dan pemeliharaan pesawat mereka. Contohnya AirAsia
berkomitmen mementingkan keselamatan penumpang yaitu dengan selalu melakukan
pemeliharaan dan pengawasan yang baik. Satu bulan sebelum keberangkatan, pihak
AirAsia akan mengecek kelayakan pesawatnya. DEPANRI akan terus melakukan
pengawasan pelanggaran kelayakan kondisi pesawat dan jika tidak lolos maka
tidak diberi izin untuk melakukan penerbangan lagi seperti kasus Adam Air
setelah terjadi kecelakaan pada tahun 2007 dan terbukti mengabaikan maintenance pesawat.
·
Startegi
Manajemen
Air Asia memfokuskan
diri pada segmen dengan biaya terjangkau atau low cost carrier (LCC). Strategi
yang tepat sebegai costleadership harus
diiringi dengan pengandalian internal yang kuat. Untuk mencapai biaya rendah
dibutuhkan efisiensi tinggi di setiap bagian dari bisnis dan mempertahankan
kesederhanaan.
Seperti, tetap menjaga
kenyamanan pelanggan meskipun biaya-biaya operasi ditekan. Memberikan upah yang
sesuai bagi awak pesawat. Di mana pramugari juga membersihkan pesawat untuk
mengurangi tenaga kerja lebih. Namun, pramugari harus tetap terlihat bersih dan
ramah. Sehingga diperlukan pengendalian intern yang sesuai karena banyak komponen
yang harus diselaraskan.
Contoh lain, adalah
penekanan biaya untuk loket pembelian tiket dan karyawan yang melayani. Di mana
Air Asia menerapkan e-ticketing, penumpang dapat melakukan reservasi di manapun
karena pembelian dilakukan secara online dan di mana tarif dibayar menggunakan
kartu kredit. Dibutuhkan pengendalian teknologi agar sistem tidak down, pengaturan jadwal, pengaturan
tenaga kerja yang siap melayani dan sebagainya. Pengendalian intern yang baik
membawa Air Asia semakin maju, ditandai dengan penambahan rute perjalanan untuk
memperluas pangsa pasar dan unggul dalam pasar kompetitif.
·
Kekompakan
CEO dan Tenaga Kerja
Kekompakan antara CEO
dan tenaga kerja terlihat saat Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan
dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014 dengan rute
pesawat Surabaya-Bali. Tony Fernandes begitu responsif saat AirAsia mengalami
krisis. Dia aktif di Twitter menunjukkan simpati, dan juga langsung hadir ke
rumah korban. Ini baik bagi mental bawahannya maupun korban, serta tentu saja
sinyal bagi pelanggan potensialnya untuk tetap percaya pada reputasi
manajemennya.
Ketika pesawat AirAsia QZ8501
hilang, Tony Fernandes datang ke bandara, menghadapi "head to head" dngan
Menteri Perhubungan Jonan untuk memberikan keterangan. Menjaga soliditas
karyawannya untuk hadir, bukannya menghindari pandangan negative mayoritas
konsumen. Hal ini merupakan pelajaran bagi manajemen dan pemimpin perusahaan
lain yang perlu dicontoh. Jika CEO tidak merespon dengan cepat, maka crew
AirAsia bisa tidak tahan menghadapi massa. Karena, dorongan manajemen inilah
AirAsia masih bisa mempertahankan sitra perusahaan.
Selain menunjukan
simpati kepada korban, pihak AirAsia juga memenuhi tanggungjawabnya untuk
memberikan asuransi kepada 162 penumpang dan keluarga penumpang akan tetap
terlindungi sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia. Operasional
maskapai AirAsia tidak terpengaruh dengan kecelakaan pesawat tersebut dan tetap
berjalan dengan normal. AirAsia memberikan keterangan bahwa sebelum kecelakaan,
memang sedang terjadi cuaca buruk. Namun, satu bulan sebelum keberangkatan,
kondisi pesawat lolos dalam seleksi layak penerbangan. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan kecelakaan sebuah pesawat, dan selama 30 tahun terakhir tidak ada
satupun CEO maskapai di dunia yang bisa memastikan tidak ada kecelakaan dalam
penerbangannya. Namun, AirAsia akan tetap menjaga kesalamatan dan kenyamanan
para penumpang.
·
Terciptanya
Goal Congruen
Ditunjukan dengan
prestasi meraih awak masakapai terbaik 2014, Air Asia mampu mencipatakan
keselarasan tujuan antara CEO, manajer, dan pemangku kepentingan lain. Meskipun
dengan strategi low cost, upah yang sesuai untuk awak kabin tetap terpenuhi.
Hal ini ditunjukan dengan keramahan yang mereka berikan dalam jasa penerbangan.
Tujuan konsumen untuk mengeluarkan biaya yang murah dan keamanan yang terjaga
pun dapat terpenuhi.
Sebagai
bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) AirAsia,
mengadakan acara khusus seperti kunjungan ke SDN Bojongrenged II, Tangerang dengan
memberikan sumbangan berupa buku ilmu pengetahuan selain itu, AirAsia
memberikan beasiswa kepada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug
dan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) di Surabaya yang diberi
nama SCholarship for AirAsia Mechanic Program (CHAMP).
Peluang
Air Asia untuk masuk dalam industri global. Untuk saat
ini, Air Asia belum melayani rute ke Eropa. Namun peluang untuk memperluas
jalur penerbangan pasti luas. Hal ini, sesuai misi perusahaan yang berkomitmen
untuk menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global. Dengan meningkatkan
kualitas dan tingkat pengembalian pendapatan menuju pasar global pun menjadi
kemungkinan yang bisa diraih. Untuk saati ini, hanya Garuda Indonesia yang
mampu dan diberi izin untuk melakukan penerbangan ke Eropa.
Jika masuk dalam
industri global otomatis reputasi jasa penerbangan akan meningkat, dari luar
namun juga dari dalam negeri sendiri. Dengan bergeraknya suatu perusahaan dalam
globalisasi maka kepercayaan akan tumbuh dari konsumen kepada perusahaan
tersebut. Selain itu perusahaan akan lebih teruji dan mendapat brand image yang baik.
Selain mendapat
reputasi juga bisa sebagai cara untuk belajar dan menambah pengalaman mengenai
lingkungan penerbangan diluar negeri, dan mengenai lingkungan operasinya.
Selain itu juga bisa dapat mengeksploitasi sumber daya lain ataupun dalam
negeri, seperti tenaga kerja dan bahan baku dan tentunya meningkatkan penjualan
dan keuntungan seiring dengan
bertambahnya pangsa pasar. Namun yang mungkin menjadi kendala saati ini adalah
belum adanya pendanaan yang cukup besar untuk menambah rute perjalanan ke Eropa.
Sehingga Air Asia membutuhkan waktu untuk menjaga pengendalian seperti sekarang
agar kedepannya dapat melakukan ekspansi.\
1.1 Lingkungan Internal AirAsia
Lingkungan
internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut
dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan.
Perusahaan sendiri sesuai konsep masa kini merupakan kumpulan dari berbagai
macam sumber daya, kapabilitas dan kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan
untuk membentuk market position tertentu. Dengan demikian analisis lingkungan
internal akan meliputi analisis mengenai sumber daya manusia, kapabilitas dan
kompetensi inti yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut lingkungan internal di
Air Asia :
1.1.1
Sumber Daya Manusia
AirAsia memiliki
180 pilot. Dari jumlah tersebut, sekitar 4 persen atau sekitar 7 orang adalah
pilot asing. Karena pilot local masih kurang dari yang dibutuhkan. Untuk
memenui tenaga pilot,AirAsia mengambil dari lulusan STPI Curug dan AirAsia juga
menggandeng Bali International Flight
Academy (BIFA).
Untuk melatih
tenaga kerja yang kompeten, beberapa siswa diberikan sebuah kontrak kerja agar
saat lulus dari BIFA dan STPI mereka langsung bergabung dengan AirAsia. Dalam
kontrak tersebut, AirAsia bersedia membayar separuh biaya pendidikan pilot
sampai mereka lulus. Pilot harus mengembalikan setengah biaya pendidikan itu
dengan mencicil dari gaji mereka di AirAsia.
Perekrutan dan
pelatihan yang diketat dilakukan oleh AirAsia. Diawali dengan Private Pilot License (PPL)
merupakan sertifikasi pribadi sebagai tanda bahwa wisudawan program pilot dan pelatihan
terbang yang terintegrasi sesuai standar Directorate General of Civil Aviation
yaitu standar yang diaplikasikan pada implementasi, pengontrolan dan
operasional penerbangan. Dilanjutkan dengan program Commercial Pilot
License (CPL) yaitu program pendidikan yang akan memberikan sertifikat layak
terbang. Calon siswa yang
mengikuti program ini harus mengikuti serangkaian tes penempatan sesuai standar International Civil
Aviation Organization (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) sebagai upaya
pembentukan profesional aviasi yang mengutamakan keselamatan dan keamanan
penumpang. Barulah lulusan program CPL adalah Pilot handal yang melayani kebutuhan
industri aviasi Air Asia.
Sedangkan
pramugara/pramugari menggunakan jasa dari perusahaan outsourcing atau agen tenaga
kerja yang menyediakan pramugara/pramugari handal. Mereka pun tetap didominasi
oleh tenaga kerja local. Hal ini sesuai dengan komitmen AirAsia untuk
memberikan dedikasi kepada Indonesia, memberdayakan kualitas SDM Indonesia.
AirAsia juga mengakomodasikan rute pesawat dengan baik. Contohnya, adanya ATC yang
dekat dengan lokasi penerbangan pesawat. ATC atau pemandu lalu lintas udara ( Air Traffic Controller, ATC)
adalah profesi yang memberikan layanan pengaturan lalu lintas di udara
terutama pesawat udara untuk mencegah antar pesawat
terlalu dekat satu sama lain, mencegah tabrakan antarpesawat udara dan pesawat
udara dengan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi, juga berperan
dalam pengaturan kelancaran arus lalu lintas, membantu pilot dalam
mengendalikan keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot seperti
cuaca. Contohnya pesawat yang menuju Bali, akan dibantu oleh ATC dari Makassar
sehingga jalur komunikasi bisa lebih berjalan dengan lanacar.
AirAsia menjadi
maskapai berbiaya hemat pertama yang mendapatkan penghargaan “Awak Kabin
Terbaik di Asia” pada ajang bergengsi, World Travel Awards (Asia & Australasia)
2015 di Hong Kong. Pada penghargaan ini, AirAsia juga dinominasikan
selama empat tahun berturut-turut sebagai maskapai berbiaya hemat terbaik di
dunia. Pencapaian ini menunjukan bahwa AirAsia tidak hanya maskapai penerbangan
berbiaya hemat tapi juga maskapai yang memberikan nilai tinggi pada segi
pelayanannya.
1.1.2
Kompetensi Inti
·
Penerbangan
Sesuai Dengan Standar
Dominasi pesawat
yang digunakan oleh maskapai penerbangan adalah Boeing 737 dan AirBus A320.
Boeing sendiri merupakan buatan dari Amerika Serikat yang kualitasnya tidak
perlu diragukan. Sedangkan AirBus merupakan produk asal Perancis. Dari segi
avtur atau bahan bakar pesawat, AirBus lebih unggul dari pada Boeing dalam
jarak tempuh yang sama. Contohnya Garuda Indonesia untuk kelas Ekonomi
menggunakan AirBus dan Boeing untuk kelas utama. AirAsia sendiri semua
pesawatnya berasal dari AirBus yaitu pesawat yang memiliki daya tampung
sebanyak 150-180 orang.
AirAsia terus
memantau jalannya perawatan dan pemeliharaan pesawat mereka. Contohnya AirAsia
berkomitmen mementingkan keselamatan penumpang yaitu dengan selalu melakukan
pemeliharaan dan pengawasan yang baik. Satu bulan sebelum keberangkatan, pihak
AirAsia akan mengecek kelayakan pesawatnya. DEPANRI akan terus melakukan
pengawasan pelanggaran kelayakan kondisi pesawat dan jika tidak lolos maka
tidak diberi izin untuk melakukan penerbangan lagi seperti kasus Adam Air
setelah terjadi kecelakaan pada tahun 2007 dan terbukti mengabaikan maintenance pesawat.
·
Startegi
Manajemen
Air Asia
memfokuskan diri pada segmen dengan biaya terjangkau atau low cost carrier
(LCC). Strategi yang tepat sebegai costleadership
harus diiringi dengan pengandalian internal yang kuat. Untuk mencapai biaya
rendah dibutuhkan efisiensi tinggi di setiap bagian dari bisnis dan
mempertahankan kesederhanaan.
Seperti, tetap
menjaga kenyamanan pelanggan meskipun biaya-biaya operasi ditekan. Memberikan
upah yang sesuai bagi awak pesawat. Di mana pramugari juga membersihkan pesawat
untuk mengurangi tenaga kerja lebih. Namun, pramugari harus tetap terlihat
bersih dan ramah. Sehingga diperlukan pengendalian intern yang sesuai karena
banyak komponen yang harus diselaraskan.
Contoh lain,
adalah penekanan biaya untuk loket pembelian tiket dan karyawan yang melayani.
Di mana Air Asia menerapkan e-ticketing, penumpang dapat melakukan reservasi di
manapun karena pembelian dilakukan secara online dan di mana tarif dibayar
menggunakan kartu kredit. Dibutuhkan pengendalian teknologi agar sistem tidak down, pengaturan jadwal, pengaturan
tenaga kerja yang siap melayani dan sebagainya. Pengendalian intern yang baik
membawa Air Asia semakin maju, ditandai dengan penambahan rute perjalanan untuk
memperluas pangsa pasar dan unggul dalam pasar kompetitif.
·
Kekompakan
CEO dan Tenaga Kerja
Kekompakan
antara CEO dan tenaga kerja terlihat saat Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di
perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014 dengan
rute pesawat Surabaya-Bali. Tony Fernandes begitu responsif saat AirAsia
mengalami krisis. Dia aktif di Twitter menunjukkan simpati, dan juga langsung
hadir ke rumah korban. Ini baik bagi mental bawahannya maupun korban, serta
tentu saja sinyal bagi pelanggan potensialnya untuk tetap percaya pada reputasi
manajemennya.
Ketika pesawat
AirAsia QZ8501 hilang, Tony Fernandes datang ke bandara, menghadapi "head
to head" dngan Menteri Perhubungan Jonan untuk memberikan keterangan.
Menjaga soliditas karyawannya untuk hadir, bukannya menghindari pandangan
negative mayoritas konsumen. Hal ini merupakan pelajaran bagi manajemen dan
pemimpin perusahaan lain yang perlu dicontoh. Jika CEO tidak merespon dengan
cepat, maka crew AirAsia bisa tidak tahan menghadapi massa. Karena, dorongan
manajemen inilah AirAsia masih bisa mempertahankan sitra perusahaan.
Selain
menunjukan simpati kepada korban, pihak AirAsia juga memenuhi tanggungjawabnya
untuk memberikan asuransi kepada 162 penumpang dan keluarga penumpang akan
tetap terlindungi sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia. Operasional
maskapai AirAsia tidak terpengaruh dengan kecelakaan pesawat tersebut dan tetap
berjalan dengan normal. AirAsia memberikan keterangan bahwa sebelum kecelakaan,
memang sedang terjadi cuaca buruk. Namun, satu bulan sebelum keberangkatan,
kondisi pesawat lolos dalam seleksi layak penerbangan. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan kecelakaan sebuah pesawat, dan selama 30 tahun terakhir tidak ada
satupun CEO maskapai di dunia yang bisa memastikan tidak ada kecelakaan dalam
penerbangannya. Namun, AirAsia akan tetap menjaga kesalamatan dan kenyamanan
para penumpang.
·
Terciptanya
Goal Congruen
Ditunjukan
dengan prestasi meraih awak masakapai terbaik 2014, Air Asia mampu mencipatakan
keselarasan tujuan antara CEO, manajer, dan pemangku kepentingan lain. Meskipun
dengan strategi low cost, upah yang sesuai untuk awak kabin tetap terpenuhi.
Hal ini ditunjukan dengan keramahan yang mereka berikan dalam jasa penerbangan.
Tujuan konsumen untuk mengeluarkan biaya yang murah dan keamanan yang terjaga
pun dapat terpenuhi.
Sebagai bentuk CSR (Corporate Social
Responsibility) AirAsia, mengadakan
acara khusus seperti kunjungan ke SDN Bojongrenged II, Tangerang dengan
memberikan sumbangan berupa buku ilmu pengetahuan selain itu, AirAsia
memberikan beasiswa kepada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug
dan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) di Surabaya yang diberi
nama SCholarship for AirAsia Mechanic Program (CHAMP). Karyawan AirAsia
Indonesia yang terdiri dari pilot, pramugari dan pramugara, serta staf guest
service, engineering, cargo, dan inflight
service hadir di berbagai SD untuk
berbagi pengetahuan mengenai dunia aviasi dan menjelaskan tentang profesi
mereka kepada anak-anak di sekolah tersebut.
Selain itu, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
memberikan inspirasi serta wawasan kepada anak-anak mengenai berbagai profesi
yang dapat mereka geluti saat mereka dewasa nanti khususnya di dunia aviasi.
Peluang Air Asia untuk masuk dalam industri global.
Untuk saat ini, Air Asia belum melayani rute ke Eropa. Namun peluang untuk
memperluas jalur penerbangan pasti luas. Hal ini, sesuai misi perusahaan yang
berkomitmen untuk menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global. Dengan
meningkatkan kualitas dan tingkat pengembalian pendapatan menuju pasar global
pun menjadi kemungkinan yang bisa diraih. Untuk saati ini, hanya Garuda
Indonesia yang mampu dan diberi izin untuk melakukan penerbangan ke Eropa.
Jika masuk dalam
industri global otomatis reputasi jasa penerbangan akan meningkat, dari luar
namun juga dari dalam negeri sendiri. Dengan bergeraknya suatu perusahaan dalam
globalisasi maka kepercayaan akan tumbuh dari konsumen kepada perusahaan
tersebut. Selain itu perusahaan akan lebih teruji dan mendapat brand image yang baik.
Selain mendapat
reputasi juga bisa sebagai cara untuk belajar dan menambah pengalaman mengenai
lingkungan penerbangan diluar negeri, dan mengenai lingkungan operasinya.
Selain itu juga bisa dapat mengeksploitasi sumber daya lain ataupun dalam
negeri, seperti tenaga kerja dan bahan baku dan tentunya meningkatkan penjualan
dan keuntungan seiring dengan
bertambahnya pangsa pasar. Namun yang mungkin menjadi kendala saati ini adalah
belum adanya pendanaan yang cukup besar untuk menambah rute perjalanan ke
Eropa. Sehingga Air Asia membutuhkan waktu untuk menjaga pengendalian seperti
sekarang agar kedepannya dapat melakukan ekspansi.
DAFTAR PUSTAKA
(John &
Richard, 2013)
No comments:
Post a Comment