Friday, 15 May 2015

Perencanaan agregat

Pengertian Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat (aggregate planning) atau penjadwalan agregat (aggregate scheduling) berhubungan dengan penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah biasanya antara 3-18 bulan ke depan. Para manajer operasi berusaha menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karena itu, perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah. Pada umumnya, tujuan perencanaan agregat adalah memperkecil biaya pada periode perencanaan. walaupun ada permasalahan strategi lain yang mungkin lebih penting dari biaya rendah. Strategi ini mungkin untuk mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Bagi pengusaha manufaktur, jadwal agregat menghubungkan sasaran strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk organisasi jasa, penjadwalan agregat menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.
4 hal yang diperlukan untuk prencanaan agregat:
·         Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output
·         Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada waktu agregat
·         Metode untuk menentukan biaya
·         Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk perencanaan
            Berikut diberikan contoh untuk memberikan gambaran awal perencanaan agregat. Pabrik kecil membuat beberapa model video player. Untuk menjadwalkan sebuah produk, diperlukan data berapa pekerja yang dibutuhkan, kapasitas produksi, kelompok produk, dan lainnya. Pada intinya, dibutuhkan sebuah jadwal yang dapat memenuhi demand yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Sebagai gambaran, terdapat beberapa pilihan, misalnya yang pertama adalah dengan memproduksi lebih banyak produk daripada demand pada waktu demand rendah, dan bekerja sesuai standar pada waktu demand tinggi. Pendekatan ini menghasilkan tingkat produksi yang relatif konstan tetapi memerlukan biaya penyimpanan. Salah satu pilihannya adalah dengan mempekerjakan dan menghentikan karyawan tepat sesuai dengan demand saat tersebut. Shift dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Dengan pendekatan ini, biaya penyimpanan rendah, tetapi biaya karyawan menjadi tinggi. Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan lembur. Tetapi ada peraturan yang membatasi waktu lembur. Pilihan lainnya adalah melakukan subkontrak pada saat demand tinggi dengan biaya lebih mahal daripada membuat sendiri. Seorang penjadwal produksi dapat menggunakan kombinasi pendekatan ini untuk dapat membuat sebuah perencanaan agregat yang baik.
Sifat perencanaan agregat
            Sebagaimana tersirat pada istilah agregat, perencanaan agregat berarti mengombinasikan sumber daya yang sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaaan, kapasitas fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencanaan harus memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan yang akan datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk tetapi menyangkut produk yang akan dihasilkan tanpa memepermasalahkan jenis dari poduk tersebut. Sebagai contoh pada perusahaan pembuat mobil, hanya memperhitungkan berapa banyak  mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa banyak mobil dua pintu atau empat pintu atau banyak mobil berwarna merah atau biru. 
Perencanaan agregat menjadi bagian dari suatu sistem perencanaaan produksi yang lebih besar. Oleh karena itu, sangat bermanfaat unuk dapat memahami hubugan antara rencana dan beberapa faktor internal dan eksternal. Manajer operasi tidak hanya menerima input dari prediksi permintaaan bagian pemasaran, tetapi harus pula berhadapan dengan data keuangan, personel, kapasitas, dan ketersediaan bahan baku. Di dalam sebuah lingkungan manufaktur, proses untuk menguraikan rencana agregat secara lebih terinci disebut disagregasi (disaggregation). Disagregasi menghasilkan sebuah jadwal produksi induk(master production schedule), yang menyediakan input bagi sistem perencanaan kebutuhan material. Master production schedule menangani pembelian atau produksi komponen yang diperlukan untuk membuat produk akhir.


 Heizer, Jay dan Barry Render. 2005. Operations Management. Edisi ketujuh. (Terj.)     Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdy. Jakarta: Salemba Empat.
http://imandede.blogspot.com/2009/10/perencanaan-agregat.html. 2009. “Perencanaan  Agregat.” Diunduh Minggu, 10 Mei 2015.

https://sites.google.com/site/operasiproduksi/Perencanaan-Agregat. Tanpa angka tahun. “Perencanaan Agregat.” Diunduh Minggu, 10 Mei 2015. 

No comments:

Post a Comment