Thursday, 14 April 2016

Analisis AirAsia

Lingkungan Eksternal Perusahaan

            Lingkungan eksternal merupakan factor-faktor di luar kendali yang memengaruhi pilihan perusahaan mengenai arah dan tindakan, yang pada akhirnya juga memengaruhi struktur organisasi dan proses internalnya (John & Richard, p. 92). Terdapat tiga subkategori yang saling terkait: faktor-faktor dalam lingkungan jauh, dalam lingkungan industri dan lingkungan dekat.
Lingkungan Jauh merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan yang tidak memiliki pengaruh atau hanya sedikit pengaruhnya bagi perusahaan. Berikut analisis lingkungan jauh PT Indonesia AirAsia :
1.      Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan pengaruh pola konsumsi pada segmen pasar. Sehingga perusahaan harus menanggapi tren ekonomi yang dapat memengaruhi industrinya. Hampir sepanjang tahun 2014, kurs rupiah terus melemah hingga hampir mencapai Rp 14.000,00 dan pola konsumsi masyarakat pun akan menurun karena UMR atau gaji masyarakat cenderung tidak meningkat. Sehingga, keinginan untuk berpergian akan menurun terlebih dengan fasilitas udara. Namun, AirAsia masih bisa bertahan dalam kondisi ini, karena penerapan LCC yang memungkinkan harga rendah bagi mereka. AirAsia pun unggul dalam kompetisi pasar seperti ini. Selain itu, pelemahan rupiah membawa negative impact khawatir karena mata uang dolar sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan AirAsia. Alasannya hampir 70% biaya-biaya di industri penerbangan menggunakan dolar seperti maintenance, repair and overhaul/ MRO sedangkan pendapatan didominasi mata uang lokal seperti rupiah. Contoh lain, beberapa bulan awal tahun 2015 Harga avtur mengalami penurunan karena turunnya harga minyak dunia. Hal ini membawa dampak positif bagi AirAsia.
2.      Faktor Sosial dan Budaya
Faktor sosial meliputi kepercayaan, nilai sikap, opini dan gaya hidup masyarakat. Bagi mereka yang belum memahami strategi LCC yang menekan biaya operasi untuk menurunkan harga boarding pass, akan mengira bahwa maskapai dengan LCC keamanannya kurang terjamin. Nilai sosial seperti ini bisa menjadi ancaman bagi AirAsia. Langkah yang ditempuh selama ini oleh AirAsia seperti memberikan pelayanan yang berkualitas, DEPANRI (Dewan Penerbangan Dan Angkasa Luar Nasional Republik Indonesia) juga mengecek kelayakan maskapai. Jika keamanan AirAsia meragukan, pemerintah akan melarang operasi seperti  Adam Air dilarang terbang oleh pemerintah Indonesia demi keamanan, dan kemudian dinyatakan bangkrut di pengadilan tahun 2007.
3.      Faktor Teknologi
AirAsia sebagai maskapai penerbangan di Indonesia tentunya memerlukan teknologi yang canggih. Seperti keperluan untuk penyebaran informasi terkait kerusakan pesawat, pengaturan jadwal agar tidak terjadinya keterlambatan pemberangkatan, percepatan informasi sehingga dapat memudahkan dalam pelayanan terhadap calon penumpang dan meminimize waktu respon terhadap layanan pelanggan. AirAsia memanfaatkan teknologi dengan baik seperti pengaplikasian website bagi pelanggan yang memesan tiket sehingga mengurangi biaya pelayanan pembelian secara langsung. Selain itu, pembeli terhindar dari Calo yang suka meresahkan konsumen karena biasanya calo suka menaikan harga tiket sangat tinggi sekali dan pembeli tidak harus mengantri untuk membeli tiket.
Penggunaan Air Traffic Control merupakan suatu kendali dalam pengaturan lalu lintas udara yang berfungsi untuk mengatur lalu lalang serta kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas (take off), terbang di udara, maupun yang akan mendarat (landing). ATC juga berfungsi untuk memberikan layanan bantuan informasi bagi pilot tentang cuaca, situasi dan kondisi bandara yang dituju. Selain itu, juga pengaplikasian Aircraft Schedule Software, Customer Database, Air Crew Monitoring System. Sejauh ini, AirAsia telah memanfaatkan teknologi yang ada dengan baik. Sehingga meningkatkan keefektivan industri mereka.